DESA TANGKIT BARU

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
DESA TANGKIT BARU

AMAN KOMPAK TERTIP INDAH PRODUKTIF

Photobucket Photobucket Photobucket

google+

TAITA WETTUWE

TANGGLA’ IYEWE ULENGNGE

Powered by Forum TangkitBaru

    Mengankat Pamor Nenas Tangkit Baru

    Cucu Fetta Fuang
    Cucu Fetta Fuang
    Admin


    Jumlah posting : 233
    Bergabung : 24.06.12
    Umur : 38
    Lokasi : Tangkit baru, jambi, indonesia

    Mengankat Pamor Nenas Tangkit Baru Empty Mengankat Pamor Nenas Tangkit Baru

    Post  Cucu Fetta Fuang 30/07/12, 08:54 pm

    Mengankat Pamor Nenas Tangkit Baru BuahNanas



    Mengangkat Pamor Nanas. Dulu wisatawan sering kesulitan untuk mendapatkan penganan khas sebagai oleh-oleh dari Jambi. Hampir-hampir tak ada yang bisa dijadikan sebagai produk unggulan daerah ini. Namun, semua kisah tadi kini sudah berlalu.

    Sebab, kini ada berbagai jenis makanan olahan berbahan dasar nanas yang diproduksi perajin asal Desa Tangkit Baru, Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Sebuah oleh-oleh yang bisa diandalkan dari Jambi.

    Bisa dibilang desa ini tumbuh dan berkembang dari beragam usaha yang diawali dengan coba-coba yang tak sedikit berakhir gagal. Usaha di sektor pertanian dan perkebunan kerap gagal karena tanah gambut di sana hanya memungkinkan tanaman jenis tertentu yang dapat tumbuh.

    Sejak tahun 1970-an desa ini berkembang menjadi sentra penanaman buah nanas, setelah diketahui jenis tanaman inilah yang cocok tumbuh di tanah bergambut. Dari 1.500 hektar luas desa ini 1.000 hektar di antaranya ditanami nanas sehingga desa ini menjadi penyuplai nanas terbesar di Jambi dan daerah sekitarnya.

    Baso Intang, petani sekaligus pedagang nanas setempat, merasa tidak puas melihat rendahnya pendapatan masyarakat di desanya. Dengan masa panen yang selalu bersamaan, harga nanas menjadi sangat rendah dan tidak menguntungkan bagi petani.

    Pada 1991 Baso kemudian mengajak sejumlah ibu setempat untuk mengolah buah nanas menjadi makanan olahan. Dari hasil coba-coba, mereka mulai menghasilkan penganan serba nanas, seperti dodol nanas, selai nanas, minuman segar nanas, dan nanas goreng. Penganan ini rupanya cukup diminati mengingat dari yang dibawa ke Pasar Angso Duo Kota Jambi hampir selalu habis terjual.

    Pria kelahiran 15 November 1967 ini meyakini bahwa nanas dapat mengangkat dan memajukan desa mereka. Ia pun mendaftarkan usaha nanas olahannya, CV Tulimario, ke dinas perindustrian dan perdagangan setempat. Petugas di dinas pun tertarik dengan usaha Baso sehingga mereka kerap mengajaknya untuk ikut dalam berbagai pameran.

    Bahkan, saat pelaksanaan MTQ tingkat nasional yang dipusatkan di Jambi pada 1997, nanas goreng dan dodol buatan Baso menjadi ikon oleh-oleh Jambi. ”Produk kami jadi satu-satunya oleh-oleh khas Jambi. Kami sampai kewalahan melayani begitu banyaknya pesanan peserta-peserta dari luar daerah. Padahal, waktu itu pengolahan nanas belum menggunakan mesin,” ujarnya.

    Dodol nanas dan nanas goreng dikenal sebagai oleh-oleh khas Jambi, selain rambutan dan kurma goreng yang kini juga dikembangkan para perajin di Desa Tangkit Baru. Ada sekitar 15 perajin yang bertahan dengan usahanya sejak dirintis pertama kali.

    Usaha CV Tulimario sendiri terus berkembang dan memberdayakan 12 karyawan. Dalam sehari, rata-rata 500 nanas dihabiskan untuk memproduksi makanan olahan. Dari jumlah tersebut, dihasilkan 40 kilogram dodol, 25 kilogram nanas goreng, dan 70 kilogram selai nanas. Sebagian besar nanas goreng dan selai dijual di hampir semua supermarket dan swalayan di Kota Jambi. Adapun sebagian besar dodol justru diekspor ke Singapura melalui eksportir di Pekan Baru.

    Bertahan
    Tidak sedikit usaha kecil dan menengah ambruk saat menghadapi krisis moneter atau keuangan global. Baso misalnya pernah melewati krisis pada 1998. Ia juga melalui krisis global belum lama ini. Ia mengatakan bahwa jumlah pesanan memang selalu menurun setiap kali terjadi krisis. ”Produksi nanas di sini sebelumnya bisa dua kali lipat daripada yang sekarang. Pesanan berkurang karena krisis ini,” tuturnya.

    Namun, kata Baso, UKM dapat maju jika pengelolanya terus bertahan dalam kondisi apa pun. Ia tidak mau kehilangan pasar yang selama ini telah dikembangkannya. Baso juga memegang prinsip, sesuatu itu jangan terlalu direncanakan. Namun, tiba waktu, tiba akal. Ia menjelaskan, usaha kecil harus pandai-pandai mencari dan mengejar peluang, jangan hanya menunggu konsumen yang akan datang. ”Kalau peluang itu ada, langsung jualkan produk-produk kita dan buka pasar seluas-luasnya di sana,” ujarnya.

    Baso pernah meraih penghargaan dari Presiden Soeharto sebagai petani andalan pada 1997. Ia juga dianugerahi Presiden Abdurrahman Wahid sebagai pemuda pelopor tahun 2002 dan penghargaan Sida Karya oleh Presiden Megawati pada 2004.


    Sumber : Kuliner Indonesia

      Waktu sekarang 19/05/24, 06:37 pm