DESA TANGKIT BARU

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
DESA TANGKIT BARU

AMAN KOMPAK TERTIP INDAH PRODUKTIF

Photobucket Photobucket Photobucket

google+

TAITA WETTUWE

TANGGLA’ IYEWE ULENGNGE

Powered by Forum TangkitBaru

    Petani Tangkit Baru Pilih Kembangkan Nila

    Cucu Fetta Fuang
    Cucu Fetta Fuang
    Admin


    Jumlah posting : 233
    Bergabung : 24.06.12
    Umur : 38
    Lokasi : Tangkit baru, jambi, indonesia

    Petani Tangkit Baru Pilih Kembangkan Nila Empty Petani Tangkit Baru Pilih Kembangkan Nila

    Post  Cucu Fetta Fuang 20/07/12, 05:38 pm

    [You must be registered and logged in to see this image.]

    Media Jambi.com — Desa Tangkit Baru, Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi yang selama ini dikenal sebagai sentra ikan patin dengan jumlah kolam mencapai 2.900 unit di Provinsi Jambi, bakal tinggal kenangan. Banyak petani lebih memilih memanfaatkan kolam yang ada untuk mengembangkan ikan nila.

    Saat sudah hampir 15 persen petani membudidayakan ikan nila. Karena pemeliharaan singkat, hemat pakan, harga jual tinggi. Ketimbang membudidayakan ikan patin yang pemeliharaan cukup panjang, dan harga jual rendah. ”Membudidayakan ikan nila hanya tiga bulan, di tingkat petani harganya mencapai Rp 17.000/kg. Sedangkan ikan patin membutuhkan waktu enam bulan harga di tingkat petani Rp 10.000/kg,” ujar M Arief petani sekali pedagang pengumpul ikan di Desa tangkit Baru kepada Media Jambi.com, Kamis (19/4).

    Hanya saja, kendala yang dihadapi petani membudidayakan ikan nila karena sumber air hanya resapan. Sehingga hanya petani yang memiliki kolam dipinggir sungai yang bisa melakukannya. ”Itulah sebabnya baru sebagian kecil petani yang beralih ke ikan nila,” ujar ayah empat anak ini.

    Dikatakannya, pemasaran ikan saat ini hanya mengandalkan pasar lokal. Karena pasar luar daerah tidak mau lagi menampung ikan dari Jambi. Dulu katanya pasar potensial ikan patin Lubuk Linggau dan Palembang. Kini daerah itu telah membudidayakan ikan patin. Bahkan ikan patin yang dihasilkan petani disana sudah masuk ke Sarolangun dan Bangko.

    Sekalli panen saat ini paling banyak 1,5 ton per hari. Satu ton ikan patin dan 500 kilo ikan nila yang dipasarkan ke Pasar Angso Duo. Selain menjual secara borongan juga mengcer menggunakan sepeda motor, yang menjual ikan berkeliling. ”Saat ini kita berupaya memasarkan ikan tidak hanya ke pasar tapi ke tengah masyarakat,” ujarnya.

    Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Sungai Gelam Kusnun mengatakan di Desa Tangkit Baru ini produksi ikan sudah bervariasi. Ada patin, nila, gurame, lele. ”Kalau dulu hanya ada patin tapi kini ikan lain sudah berproduksi,” ujarnya.

    Permasalahan yang dihadapi petani, karena kolam-kolam yang ada bersumber air resapan. Sehingga ikan nila hanya bisa dibudidayakan dipinggir sungai yang airnya bisa berganti. ”Jika ada sistem irigasi, semua jenis ikan dapat dibudidayakan. Dengan demikian penghasilan petani dapat meningkat,” ujarnya.

    Permasalah lain yang dihadapi petani masalah harga pakan yang sangat mahal dan tidak berbanding lurus dengan penghasilan yang didapat. Untuk memelihara ikan patin sebanyak 5.000 selama 6 bulan dihabiskan pakan sebanyak 4 ton. Dengan harga pakan Rp 5.000/kg, sehingga selama enam bulan biaya pakan Rp 20 juta.

    ”Apabila harga ikan patin Rp 10.000/kg dengan produksi berkisar 2,5 ton/kolam, maka penghasilan kotor hanya Rp 25 juta. Hanya untung Rp 5 juta dalam enam bulan. Sedangkan ikan nila dipelihara selama 3 bulan dengan produksi yang sama namun harga ditingkat petani mencapai Rp 17.000/kg. Untungnya lumayan besar,” ujarnya

      Waktu sekarang 20/05/24, 01:47 am