DESA TANGKIT BARU

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
DESA TANGKIT BARU

AMAN KOMPAK TERTIP INDAH PRODUKTIF

Photobucket Photobucket Photobucket

google+

TAITA WETTUWE

TANGGLA’ IYEWE ULENGNGE

Powered by Forum TangkitBaru

    Petani Tangkit Baru Enggan Berkebun Sawit

    Cucu Fetta Fuang
    Cucu Fetta Fuang
    Admin


    Jumlah posting : 233
    Bergabung : 24.06.12
    Umur : 38
    Lokasi : Tangkit baru, jambi, indonesia

    Petani Tangkit Baru Enggan Berkebun Sawit Empty Petani Tangkit Baru Enggan Berkebun Sawit

    Post  Cucu Fetta Fuang 01/08/12, 07:51 pm

    Petani Tangkit Baru Enggan Berkebun Sawit Tebang%20sawit


    Media Jambi.com — Petani di Desa Tangkit Baru, Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi mulai enggan berkebun kelapa sawit. Karena produksi tandan buah segar (TBS) yang dihasilkan sangat rendah akibat kondisi tanah yang tidak mendukung. Petani memilih kembali bertani nanas.

    Andi Aloy (56) yang awalnya menanam kepala sawit disela-sela kebun nanasnya, kini mulai menebas seluruh pohon kelapa sawit seluas 1,5 hektar miliknya. “Dulu ketika berbuah pasir kembangnya cukup lebat. Setelah berumur enam tahun semua kembangnya berguguran,” ujar Aloy kepada Media Jambi, Kamis (19/4).

    Menurutnya, daripada berlarut-larut dan tanaman nanas yang ada disela-sela kelapa sawit malahan mati, lebih baik kelapa sawitnya saja yang ditebas, dan membudidayakan nanas disamping kolam ikan. “Dulu saya tergiur menanam kelapa sawit karena melihat di daerah lain hasilnya sangat menjanjikan. Ternyata setelah dicoba disini struktur tanahnya tidak cocok,” jelas Aloy yang sudah lima kali memanen TBS.

    Hasil TBS yang dihasilkan kualitasnya juga tidak bagus dan harga di tingkat petani juga rendah hanya Rp 1.200/kg. Karena, rendemen TBS yang tumbuh di tanah gambut lebih rendah dari daerah lain. “Kalau harga TBS di Sungai Bahar mencapai Rp 1.900/kg tapi kalau disini hanya Rp 1.200/kg,” katanya.

    Karena itu dia lebih memilih berkebun nanas karena dalam sehektar bisa menghasilkan 800-1.000 butir dengan harga jual Rp 1.000/butir. Dan saat ini dinilainya sudah cukup. Selain itu biaya perawatan nanas tidak begitu sulit. ”Kelapa sawit harus dipupuk, lebih repot dan hasilnya tidak memuaskan,” ucap warga asal Sulawesi Selatan ini yang merantau ke Jambi tahun 1986 ini.

    Menanggapi masalah ini Ketua Asosiasi Pekebun Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Muhammad mengatakan struktur tanah sangat berpengaruh terhadap tanaman kelapa sawit. ”Ada perbedaan rendeman antara daerah dataran tinggi dengan tanah berawa. Sehingga berpengaruh terhadap harga,” ujarnya.

    Mengenai adanya petani yang menebas kelapa sawit karena tidak berbuah optimal, ini disebabkan bibit yang ditanam tidak berkualitas. Jika kualitas bibit bagus akan berbuah baik. Sebagai contoh di daerah Rantau Rasau juga bergambut tapi hasilnya bagus. ”Saya rasa bibit yang ditanam itu bibit asalan, karena tergiur dengan harga murah,” ujar Muhammad usai Rapat harga TBS di Dinas Perkebunan Provinsi Jambi.

    Dikatakannya, berkebun kelapa sawit jika dirawat dengan baik akan sangat menjanjikan. Apalagi harga TBS saat ini yang mulai naik. ”Coba lihat petani kelapa sawit di daerah-daerah penghidupannya cukup mewah. Rumah gedung, memiliki mobil keluaran terbaru,” ujarnya.

    Tapi katanya jika tidak dirawat maka kelapa sawit tidak akan berbuah secara optimal. Perlu pemupukan secara rutin, areal harus bersih. Namun kendala yang dihadapi petani saat ini sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi. Apalagi saat ini harga naik tapi buah track. ”Petani juga tidak menikmati hasil yang optimal,” ujarnya.

      Waktu sekarang 14/05/24, 08:34 am